Green Transport merupakan salah satu contoh transportasi berkelanjutan.
Transportasi hijau atau bisa juga disebut dalam bahasa Inggrisnya disebut
sebagai Green Transport merupakan perangkat transportasi yang berwawasan
lingkungan. Green Transport ini merupakan pendekatan yang digunakan
untuk menciptakan transportasi yang sedikit atau tidak menghasilkan gas rumah
kaca.
Transportasi
hijau atau green transport dapat diterapkan melalui banyak cara, seperti
mengganti bahan bakar minyak yang digunakan kendaraan bermotor dengan bahan
bahar yang lebih ramah lingkungan, pengurangan penggunaan kendaraan bermotor
pribadi, ataupun peningkatan kualitas fasilitas transportasi. Cara yang mungkin
bisa ditempuh oleh pemerintah Indonesia dalam waktu dekat ini adalah perbaikan
fasilitas transportasi yang sudah ada, peremajaan ataupun pengadaan fasilitas
transportasi yang memang dibutuhkan tetapi jumlahnya masih sangat minim.
Dalam
konteks perencanaan kota, konsep ini bertujuan sebagai upaya peningkatan
fasilitas bagi komunitas bersepeda, pejalan kaki, fasilitas komunikasi maupun
penyediaan transportasi umum massal yang murah dan ramah lingkungan. Contoh
penerapan green transportation adalah penerapan bahan bakar untuk kendaraan
bermotor yang ramah lingkungan :
1. Ethanol
Ethanol
merupakan alkohol cair dengan bilangan oktana yang tinggi dan mampu
menggantikan bensin. Ethanol diproduksi dari sumber daya alam yang dapat
diperbaharui seperti jagung di Amerika serikat dan tebu di Brazil. Menurut
studi yang ada, ethanol lebih menguntungkan terhadap lingkungan yang bersih
dibandingkan dengan bensin premium. Bila produksi etanol sebagai bahan bakar
alternatif pengganti bensin semakin digenjot, maka impor bensin akan menurun.
Di satu sisi, pemerintah bisa melakukan penghematan, tentu saja harus disertai
riset soal pengembangan produk otomotif berbahan bakar etanol.
Harga
ethanol lebih mahal jika dibandingkan dengan harga bensin. Ethanol sementara
ini belum dikembangkan di Indonesia. Brasil merupakan negara yang paling maju
dibidang kendaraan bermotor dengan bahan bakar ethanol.
Penggunaan
etanol sebagai bahan bakar mulai diteliti dan diimplementasikan di AS dan
Brazil sejak terjadinya krisis bahan bakar fosil di kedua negara tersebut pada
tahun 1970-an. Brazil tercatat sebagai salah satu negara yang memiliki
keseriusan tinggi dalam implementasi bahan bakar etanol untuk keperluan
kendaraan bermotor dengan tingkat penggunaan bahan bakar ethanol saat ini
mencapai 40% secara nasional. Di AS, bahan bakar relatif murah, E85, yang
mengandung etanol 85% semakin populer di masyarakat dunia.
Terdapat
beberapa karakteristik internal etanol yang menyebabkan penggunaan etanol pada
mesin lebih baik daripada bensin. Etanol memiliki angka research octane 108.6
dan motor octane 89.7 . Angka tersebut (terutama research octane)
melampaui nilai maksimal yang mungkin dicapai oleh bensin walaupun setelah
ditambahkan aditif tertentu. Sebagai catatan, bensin yang dijual Pertamina
memiliki angka research octane 88 dan umumnya motor octane lebih
rendah dari pada research octane. Untuk rasio campuran etanol dan bensin
mencapai 60:40%, tercatat peningkatan efisiensi hingga 10%. Selain itu etanol
juga memiliki emosi CO2 yang lebih rendah daripada bensin, yakni hanya 4%
(Yakinudin:2010)
2. BBG
BBG
merupakan singkatan dari bahan bakar gas. Salah satu cara mengurangi pencemaran
adalah pemakaian gas bumi, karena gas bumi lebih raman lingkungan dari pada BBM
yang kini lebil dominan dipakai oleh kendaraan-kendaraan bermotor di dunia.
BBG
merupakan energi alternatif pengganti BBM yang paling prospektif untuk dikembangkan
segera, karena:
- BBG memiliki
beberapa keunggulan terhadap BBM, antara lain karena cadangan gas bumi
relatif masih cukup besar dan biaya pengadaannya lebih murah dari BBM.
- Kendaraan yang
menggunakan BBG akan memperpanjang usia pemakaian minyak pelumas, mesin
dan busi, ramah lingkungan dan aman bagi pemakai.
- Konsumsi BBM
untuk sektor transportasi adalah yang paling dominan (mencapai 52%)
dibandingkan untuk industri (19%), listrik (7%) dan rumah tangga (22%).
3. Bioetanol Singkong
Salah
satu alternatif pengganti bahan bakar fosil adalah dengan bioenergi seperti bioetanol.
Bioetanol adalah bahan bakar nabati yang tak pernah habis selama mentari masih
memancarkan sinarnya, air tersedia, oksigen berlimpah, dan kita mau melakukan
budidaya pertanian.
Sumber
bioetanol dapat berupa singkong, ubi jalar, tebu, jagung, sorgum biji, sorgum
manis, sagu, aren, nipah, lontar, kelapa dan padi. Sumber bioetanol yang cukup
potensial dikembangkan di Indonesia adalah singkong karena singkong merupakan
tanaman yang mudah dijumpai di Indonesia, selain itu harganya juga relatif
terjangkau. Langkah ini selain akan menguntungkan pemerintah yang dapat
mengurangi pengeluaran dana negara untuk mengimpor BBM atau memberi subsidi
untuk BBM, juga akan menguntungkan petani singkong yang pendapatannya tidak
terlalu tinggi. Indonesia pun bisa menjadi negara yang mandiri.
Kelemahan
dari cara pembuatan bioetanol ini adalah relatif memakan waktu yang cukup lama
sehingga kapasitas produksi untuk skala masyarakat relatif kecil. Tetapi, jika
banyak masyarakat menjadi bagian integral dalam kegiatan produksi bahan bakar
ini, hasil yang didapat akan berlipat ganda sehingga akan menekan konsumsi
bahan bakar fosil.