Reyan poenya

Kamis, 03 November 2011

Warisan Budaya di Kawasan Pecinan, Semarang


Warisan budaya, menurut Davidson (1991:2) diartikan sebagai ‘produk atau hasil budaya fisik dari tradisi-tradisi yang berbeda dan prestasi-prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang menjadi elemen pokok dalam jatidiri suatu kelompok atau bangsa’. Jadi warisan budaya merupakan hasil budaya fisik (tangible) dan nilai budaya (intangible) dari masa lalu. Nilai budaya dari masa lalu (intangible heritage) inilah yang berasal dari budaya-budaya lokal yang ada di Nusantara, meliputi: tradisi, cerita rakyat dan legenda, bahasa ibu, sejarah lisan, kreativitas (tari, lagu, drama pertunjukan), kemampuan beradaptasi dan keunikan masyarakat setempat (Galla,2001: 12).

Gambar 1. Patung Budha di Kawasan Pecinan, Semarang
Gambar 2. Klenteng di Kawasan Pecinan, Semarang


Warisan budaya fisik (tangible heritage) sering diklasifikasikan menjadi warisan budaya tidak bergerak (immovable heritage) dan warisan budaya bergerak (movable heritage). Warisan budaya tidak bergerak biasanya berada di tempat terbuka dan terdiri dari: situs, tempat-tempat bersejarah, bentang alam darat maupun air, bangunan kuno dan/atau bersejarah, patung-patung pahlawan (Galla, 2001: 8).
Gambar 3. Rumah (Bangunan Kuno) di Kawasan Pecinan, Semarang


Gambar 4. Sungai M'brewok di Kawasan Pecinan, Semarang


Gambar 5. Bangunan Cina di Kawasan Pecinan, Semarang

Gambar 6. Kapal Tua di Kawasan Pecinan, Semarang


Warisan budaya bergerak biasanya berada di dalam ruangan dan terdiri dari: benda warisan budaya, karya seni, arsip, dokumen, dan foto, karya tulis cetak, audiovisual berupa kaset, video, dan film (Galla,2001: 10).

Gambar 7. Kayu Nisan  yang sudah digunakan, Semarang


Gambar 8. Gucci Untuk Dupa, Semarang

Sabtu, 29 Oktober 2011

Green Transportation

1.      Green Transportation
      Green Transport merupakan salah satu contoh transportasi berkelanjutan. Transportasi hijau atau bisa juga disebut dalam bahasa Inggrisnya disebut sebagai Green Transport merupakan perangkat transportasi yang berwawasan lingkungan. Green Transport ini merupakan pendekatan yang digunakan untuk menciptakan transportasi yang sedikit atau tidak menghasilkan gas rumah kaca.
     Transportasi hijau atau green transport dapat diterapkan melalui banyak cara, seperti mengganti bahan bakar minyak yang digunakan kendaraan bermotor dengan bahan bahar yang lebih ramah lingkungan, pengurangan penggunaan kendaraan bermotor pribadi, ataupun peningkatan kualitas fasilitas transportasi. Cara yang mungkin bisa ditempuh oleh pemerintah Indonesia dalam waktu dekat ini adalah perbaikan fasilitas transportasi yang sudah ada, peremajaan ataupun pengadaan fasilitas transportasi yang memang dibutuhkan tetapi jumlahnya masih sangat minim.
Dalam konteks perencanaan kota, konsep ini bertujuan sebagai upaya peningkatan fasilitas bagi komunitas bersepeda, pejalan kaki, fasilitas komunikasi maupun penyediaan transportasi umum massal yang murah dan ramah lingkungan. Contoh penerapan green transportation adalah penerapan bahan bakar untuk kendaraan bermotor yang ramah lingkungan : 
1. Ethanol
Ethanol merupakan alkohol cair dengan bilangan oktana yang tinggi dan mampu menggantikan bensin. Ethanol diproduksi dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui seperti jagung di Amerika serikat dan tebu di Brazil. Menurut studi yang ada, ethanol lebih menguntungkan terhadap lingkungan yang bersih dibandingkan dengan bensin premium. Bila produksi etanol sebagai bahan bakar alternatif pengganti bensin semakin digenjot, maka impor bensin akan menurun. Di satu sisi, pemerintah bisa melakukan penghematan, tentu saja harus disertai riset soal pengembangan produk otomotif berbahan bakar etanol.
Harga ethanol lebih mahal jika dibandingkan dengan harga bensin. Ethanol sementara ini belum dikembangkan di Indonesia. Brasil merupakan negara yang paling maju dibidang kendaraan bermotor dengan bahan bakar ethanol.
Penggunaan etanol sebagai bahan bakar mulai diteliti dan diimplementasikan di AS dan Brazil sejak terjadinya krisis bahan bakar fosil di kedua negara tersebut pada tahun 1970-an. Brazil tercatat sebagai salah satu negara yang memiliki keseriusan tinggi dalam implementasi bahan bakar etanol untuk keperluan kendaraan bermotor dengan tingkat penggunaan bahan bakar ethanol saat ini mencapai 40% secara nasional. Di AS, bahan bakar relatif murah, E85, yang mengandung etanol 85% semakin populer di masyarakat dunia.
Terdapat beberapa karakteristik internal etanol yang menyebabkan penggunaan etanol pada mesin lebih baik daripada bensin. Etanol memiliki angka research octane 108.6 dan motor octane 89.7 . Angka tersebut (terutama research octane) melampaui nilai maksimal yang mungkin dicapai oleh bensin walaupun setelah ditambahkan aditif tertentu. Sebagai catatan, bensin yang dijual Pertamina memiliki angka research octane 88 dan umumnya motor octane lebih rendah dari pada research octane. Untuk rasio campuran etanol dan bensin mencapai 60:40%, tercatat peningkatan efisiensi hingga 10%. Selain itu etanol juga memiliki emosi CO2 yang lebih rendah daripada bensin, yakni hanya 4% (Yakinudin:2010) 
2. BBG
BBG merupakan singkatan dari bahan bakar gas. Salah satu cara mengurangi pencemaran adalah pemakaian gas bumi, karena gas bumi lebih raman lingkungan dari pada BBM yang kini lebil dominan dipakai oleh kendaraan-kendaraan bermotor di dunia.
BBG merupakan energi alternatif pengganti BBM yang paling prospektif untuk dikembangkan segera, karena:
  • BBG memiliki beberapa keunggulan terhadap BBM, antara lain karena cadangan gas bumi relatif masih cukup besar dan biaya pengadaannya lebih murah dari BBM.
  • Kendaraan yang menggunakan BBG akan memperpanjang usia pemakaian minyak pelumas, mesin dan busi, ramah lingkungan dan aman bagi pemakai.
  • Konsumsi BBM untuk sektor transportasi adalah yang paling dominan (mencapai 52%) dibandingkan untuk industri (19%), listrik (7%) dan rumah tangga (22%).
3. Bioetanol Singkong
Salah satu alternatif pengganti bahan bakar fosil adalah dengan bioenergi seperti bioetanol. Bioetanol adalah bahan bakar nabati yang tak pernah habis selama mentari masih memancarkan sinarnya, air tersedia, oksigen berlimpah, dan kita mau melakukan budidaya pertanian.
Sumber bioetanol dapat berupa singkong, ubi jalar, tebu, jagung, sorgum biji, sorgum manis, sagu, aren, nipah, lontar, kelapa dan padi. Sumber bioetanol yang cukup potensial dikembangkan di Indonesia adalah singkong karena singkong merupakan tanaman yang mudah dijumpai di Indonesia, selain itu harganya juga relatif terjangkau. Langkah ini selain akan menguntungkan pemerintah yang dapat mengurangi pengeluaran dana negara untuk mengimpor BBM atau memberi subsidi untuk BBM, juga akan menguntungkan petani singkong yang pendapatannya tidak terlalu tinggi. Indonesia pun bisa menjadi negara yang mandiri.
Kelemahan dari cara pembuatan bioetanol ini adalah relatif memakan waktu yang cukup lama sehingga kapasitas produksi untuk skala masyarakat relatif kecil. Tetapi, jika banyak masyarakat menjadi bagian integral dalam kegiatan produksi bahan bakar ini, hasil yang didapat akan berlipat ganda sehingga akan menekan konsumsi bahan bakar fosil.

Senin, 10 Oktober 2011

Klasifikasi Jalan, Terminal dan Jenis Angkutan

    1)        Klasifikasi fungsi Jalan

a.  Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel;
1.         Berdasarkan Fungsinya
·         Jalan arteri
Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
·         Jalan Kolektor
Jalan Kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
·         Jalan Lokal
Jalan Lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
·         Jalan Lingkungan
Jalan Lingkungan adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

2)   Berdasarkan standar teknis/ kelasnya dibedakan sebagai berikut:

ü  Jalan Kelas I
Jalan yang dapat dilalui kendaraan barang/ orang dengan lebar maksimal 2.500 mm dan ukuran panjang maksimal 18.000mm dengan muatan sumbu terberat > 10 ton.
ü  Kelas II
Jalan yang dapat dilalui kendaraan barang/orang dengan lebar maksimal 2.500 mm,ukuran panjang maksimal 18.000 mm dan muatan sumbu etrberat maksimal 10 ton.
ü  Kelas III A
Jalan yang dapat dilalui kendaraan barang/ orang dengan lebar maksimal 2.500 mm, ukuran oan jang maksimal 18.000 mm dan muatan sumbu terberat maksimal 8 ton.
ü  Kelas III B
Jalan yang dapat dilalui kendaraan barang/ orang dengan lebar maksimal 2.500 mm, ukuran panjang maksimal 12.000 mm dan muatan sumbu terberat maksimal 8 ton.
ü  Kelas III C
Jalan yang dapat dilalui kendaraan barang/ orang dengan lebar maksimal 2.100 mm, ukuran panjang maksimal 9.000 mm dan muatan sumbu terberat maksimal 8 ton.

3)   Berdasarkan Kewenangan / wewenang pembinaan jalan dikelompokkan menjadi:
Ø  Jalan Nasional
Yang termasuk jalan Nasional adalah jalan primer, jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi dan jalan lain yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan Nasional. Penetapan status suatu  jalan sebagai jalan Nasional dilakukan dengan kabupaten Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah atau pejabat yang ditunjuk.
Ø  Jalan Propinsi
Yang termasuk kelompok jalan Propinsi adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota propinsi dengan ibukota kabupaten/ kotamadia, jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota kabupaten/ kotamadia, jalan lain yang mempunyai kepentingan strategis terhadap kepentingan propinsi, jalan dalam daerah khusus ibukota Jakarta yang tidak termasuk jalan Nasional. Penetapan status suatu jalan sebagai suatu jalan propinsi dilakukan dengan keputusan Menteri Dalam Negeri atas usul Pemerintah Daerah Propinsi yang bersangkutan.
Ø  Jalan Kabupaten
Yang termasuk kelompok jalan Kabupaten adalah jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan Nasional dan jalan propinsi, jalan local primer, jalan sekunder dan jalan lain yang tidak termasuk dalam kelompok jalan Nasional, jaln provinsi, dan jalan kotamadia. Penetapan status suatu jalan sebagai jalan Kabupaten dilakukan dengan keputusan Gubernur atas usul Pemerintah Daerah Kabupaten yang bersangkutan.


                                      4)  Berdasarkan Perkerasan

                 
·         Jalan tidak beraspal
Yang dimaksud dengan jalan tidak beraspal adalah meliputi : jalan tanah, AWCAS, kerikil, waterbound macadam dan lain – lain. Kondisi dari jalan tidak beraspal tersebut dikelompokkan kedalam : baik, sedang, rusak dan rusak berat : dengan pengertian sebagai berikut :
·         Baik : apabila permukaan jalan padat dan rata, sehingga kendaraan roda empat dapat berjalan dengan nyaman tanpa goncangan-goncangan yang berarti dengan kecepatan konstan
·         Sedang : apabila permukaan jalan cukup padat dan cukup rata, meskipun ada sedikit gelombang dan kerusakan di sana sini tapi kendaraan roda empat dapat berjalan tanpa harus terlalu sering berbelok untuk menghindari kerusakan
·         Rusak : bila permukaan jalan terdapat lubang atau kerusakan-kerusakan gelombang-gelombang yang cukup berarti sehingga kendaraan roda empat terpaksa sering berbelok-belok untuk menhindari kerusakan tersebut
·         Rusak berat : bila permukaan jalan sudah hancur, sehingga terdapat lubang-lubang yang besar berlumpurdna bergelombang yang parah, sehingga kendaraan roda empat tidak dapat berjalan bahkan kadang-kadang harus berghenti karena lubang-lubang di jalan atau terbenam lumpur.

·         Jalan Aspal
Yang dimaksud dengan jalan aspal adalah meliputi : Aspal beton, aspal buton, penetrasi macadam, laburan, aspal dan lain - lain.
o   Kondisi jalan aspal tersebut dikelompokkan kedalam : baik, sedang rusak dan rusak berat dengan pengertian sebagai berikut :
o   Baik : apabila permukaan jalan rata dan tidak terdapat retak-retak sehingga kendaraan dapat berjalan dengan nyaman dengan kecepatan konstan
o   Sedang : bila permukaan jalan cukup rata, meskipun ada beberapa retak-retak, gelombang-gelombang kecil dan sesekali lubang-lubnag kecil tetapi kendaraan roda empat masih bisa berjalan cukup lancar pada kecepatan rencana minimum.
o   Rusak : bila permukaan jalan tidak rata, banyak lubang-lubang dan bergelombang. Kendaraan tidka dapat berjalan dengan tenang dan nyaman bagi penumpangnya
o   Rusak berat : Permukaan jalan sangat rusak dengan banyak lubang-lubang besar dan bergelombang.. Kendaraan sering berhenti untuk menghindari kerusakan Kendaraan berjalan dengan tingkat kenyamanan yang rendah dan kecepatan dibawah kecepatan rencana. 

              

Jumat, 07 Oktober 2011

Profil ekonomi wilayah dan kota


  Analisis Agregat (agregate regional)
Analisis agregat digunakan untuk mengetahui gambaran umum konstribusi perkembangan perekonomian suatu wilayah kepada wilayah lain yang lebih luas dimana wilayah tersebut berada pada satu tempat. Dengan demikian, analisis agregat dapat digunakan untuk :
·      Melihat wilayah sebagai replika dari nasional dengan modifikasi.
·      Wilayah dipandang sebagai sebuah unit dalam konteks ruang yang lebih luas.
Dengan analisis agregat kita dapat mengetahui bagaimana tingkat, sumber dan distribusi pendapatan dan tenaga kerja yang terdapat dalam suatu wilayah, data ini sangat penting untuk melihat gambaran umum keadaan perekonomian suatu wilayah dan bagaimana setiap sektor perekonomian menyumbangkan pendapatannya dalam suatu wilayah.
Melalui data tingkat pendapatan yang dianalisis melalui analisis agregat, kita juga dapat mengetahui bagaimana komposisi sektor ekonomi berkonstribusi dalam perkembangan perekonomian wilayah tersebut, sehingga kita dapat mengetahui jumlah factor-faktor produksi (investasi, tenaga kerja) yang tersedia dan bagaimana kualitasnya.
Seluruh data-data tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain, terutama antar sektor ekonomi (backward forward linkage) yang dapat menunjukan pola perubahan aspek-aspek ekonomi dan perbandingan aspek-aspek tesebut terhadap aspek yang terdapat di nasional dan wilayah lain.
Pola perubahan aspek-aspek ekonomi yang terjadi memliki sifat dan intensitas aliran faktor-faktor produksi yang terjadi antarwilayah. Dalam analisa agregat hal ini tidak mendapat perhatian yang khusus, akan tetapi dalam pola tersebut terdapat konsekuensi yang terjadi dari adanya aliran-aliran faktor produksi yang berdampak terhadap perkembangan perekonomian wilayah.
Peran pemerntah dalam perkembangan perekonomian yang dilihat melalui analisis agregat sangat penting, terutama dalam menentukan kebijakan publik, dan administrasi yang berpengaruh terhadap kinerja perekonomian wilayah. Oleh karena itu  pola perubahan aliran faktor produksi dan tingkat pendapatan sangat dipengaruhi kebijakan instusional yang berkaitan dengan bagaimana potensi masalah dan peluang yang dapat dilihat dalam upaya pengembangan kondisi perekonomian suatu wilayah di masa depan. Kebijakan pemerintah juga sangat berpengaruh dalam melihat konsekuensi dari kebijakan ini dalam kaitan dengan wilayah lain.


 Analisis Intra Wilayah
Analisis intrawilayah merupakan salah satu jenis analisis yang melihat secara lebih mendalam apa yang ada di wilayah. Wilayah dilihat sebagai sebuah unit atau penjumlahan dari elemen-elemen yang ada di dalamnya.
Dalam analisis intarawilayah ini, hal yang disoroti adalah bagaimana karakteristik dari tempat-tempat dalam suatu wilayah dan bagaimana interaksi yang terjadi di dalamnya. Analisis dilakukan lebih dalam pada setiap komponen yang ada di dalamnya. Jadi, analisis ini memandang suatu wilayah sebagai kumpulan dari wilayah-wilayah lain yantg skalanya lebih sempit serta masing-masingnya memiliki aktivitas dan karakteristik sendiri-sendiri.
Analisis intrawilayah suatu kotamadya berarti menyoroti pokok analisis pada kecamatan-kecamatan yang ada di dalamnya, analisis intrawilayah suatu provinsi berarti menyoroti pokok analisis pada kabupaten-kabupaten yang ada di dalamnya, dan seterusnya. Contoh hal yang dibahas dalam suatu analisis intarawilayah yaitu bagaimana karakteristik ekonomi di subwilayah dan bagaimana perbandingan diantaranya, bagaimana tingkat pendapatan pada masing-masing subwilayah dan bagaimana kontribusi masing-masingnya terhadap wilayah, bagaimana tingkat konsentrasi dan spesialisasi sektor-sektor ekonomi pada masing-masing subwilayah, dan lain-lain.

2.3       Location Quotient (LQ)
            Perkembangan perekonomian Kabupaten Grobogan dapat diketahui dengan analisis indikator ekonomi seperti, analisis shift share, LQ dan lain sebagainya. Analisis ini Mengidentifikasi sektor-sektor strategis  untuk mengetahui sektor-sektor yang memiliki keunggulan dan proses pengembangannya dalam sebuah perencanaan disuatu wilayah berdasarkan  potensi sumber daya alam, lapangan perkerjaan maupun mata pencaharian warga yang akan mempengaruhi pendapatan masyarakat di wilayah tersebut. Sektor-sektor strategis juga memilki interakasi dengan sektor lainnya, baik itu didalam maupun diluar wilayah tersebut. Dari analisis tersebut dapat mempermudah dalam menentukan analisis sektor-sektor suatu wilayah. Analisis-analisis tersebut yaitu sebagai berikut :
            Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengetahui tingkat spesialisasi sektor-sektor di suatu daerah atau sektor sektor basis atau sektor leading.  Location quotien ini  merupakan alat sederhana yang banyak digunakan untuk mengukur spesalisaasi relatif pada suatu wilayah dalam sektor sektor tertentu. 

Dari hasil perhitungan LQ suatu sektor, kriteria umum yang digunakan sebagai berikut :
Ø  Jika LQ > 1, disebut sektor basis
Yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih tinggi daripada tingkat wilayah acuan.
Ø  Jika LQ < 1, disebut sektor non-basis
Yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih rendah daripada tingkat wilayah acuan.
Ø  Jika LQ = 1, tingkat spesialisasi daerah sama dengan tingkat wilayah acuan
Data yang diperlukan dalam pengolahan analisis LQ  adalah data sektor daerah dan wilayah acuan untuk suatu tahun tertentu. Data yang digunakan dalam analisis ini sebaiknya data menurut harga konstan dari PDRB Kabupaten dan provinsi. Salah satu  kelebihan menganalisis dengan Location Quotient  yakni dapat digunakan dengan cepat dan mudah. Analisis ini dapat dijadikan sebagai langkah pertama dan dilanjutkan dengan analisis lainnya, untuk mengetahui perubahan tingkat spesialisasi dari masing-masing sektor dapat diketahui dengan membandingkan LQ dari tahun ke tahun. Selain itu analisis ini juga memiliki kelemahan yaitu nilai hasil perhitungan analisis ini di pengaruhi faktor-faktor tertentu. Terkadang nilai perhitunganya ini rancu karena tingkat disagregasi peubah spealisasi, pemilihan peubah acuan, pemilih entity yang diperbandingkan, pemilihan tahun dan kualitas data.


 Analisis  Shift Share
            Selain dari  LQ (Location Quotient) terdapat juga metode Analisis  Shift Share. Analisis Shift Share ini digunakan menganalisis perubahan kegiatan ekonomi contohnya seperti produksi dan kesempatan kerja pada perekonomian daerah, pergeseran struktur, posisi relatif sektor-sektor ekonomi dan identifikasi sektor unggul daerah dalam kaitannya dengan perekonomian acuan (wilayah acuan/ wilayah lebih luas) pada periode waktu tertentu (lebih dari 1 tahun).
 Dengan menggunakan metode ini dapat diketahui bagaimana perkembangan suatu sektor di suatu daerah atau wilayah jika di bandingkan secara relatif dengan sektor lainnya, apakah pertumbuhannya cepat atau lambat. Hasil analisis ini juga dapat menunjukkan bagaimana perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya.

Analisis ini diasumsikan bahwa pertumbuhan sektor daerah di pengaruhi oleh 3 komponen, yaitu :
 a.      Komponen Pertumbuhan Nasional (KPN)
Komponen ini adalah komponen yang sering disebut sebagai nationl share. Komponen Pertumbuhan Nasional yaitu perubahan sektor daerah yang disebabkan oleh perubahan sektor daerah secara umum, kebijakan ekonomi nasional dan kebijakan lain yang mampu mempengaruhi sektor perekonomian dalam suatu wilayah. Komponen Pertumbuhan Proposional (KPP)
Komponen selanjutnya adalah komponen yang merupakan propotional shift, yaitu penyimpangan dari national share yang ada dalam pertumbuhan wilayah. KPP ini digunakan untuk mengukur perbedaan pertumbuhan sektor ekonomi dengan  pertumbuhan agregat. Dimana apabila komponen ini pada salah satu sektor  ekonomi wilayah bernilai positif, sama artinya dengan sektor tersebut berkembang dalam perekonomian acuan, dan sebaliknya akan negatif jika sektor tersebut mengalami penurunan kinerja. Maka dengan kata lain KPP bernilai positif (KPP>0) pada wilayah/daerah yang berspesialisasi dalam sektor yg secara nasional tumbuh cepat. KPP bernilai negatif (KPP<0) pada wilayah/daerah yang berspesialisasi dalam sektor yg secara nasional tumbuh lambat.
b.      Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPPW)
Lalu komponen terakhir adalah komponen dengan differential shift yaitu komponen lokasional atau regional atau sisa lebihan. KPPW ini berfungsi untuk mengukur kinerja sektor-sektor lokal terhadp sektor-sektor yang sama pada perekonomian wilayah. Jika KPPW bernilai positif (KPPW>0) pada sektor yang mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) di wilayah /daerah tersebut (keuntungan lokasional), KPPW bernilai negatif (KPPW < 0) pada sektor yang tidak mempunyai keunggulan komparatif / tidak dapat bersaing. Jadi apabila komponen ini pada salah satu sektor positif, maka daya saing sektor lokal meningkat dibandingkan sektor yang sama pada ekonomi acuan, dan apabila negatif terjadi sebaliknya.
Adapun rumus yang digunakan untuk mengetahui PE nya dengan menggunakan ke 3 komponen diatas, yaitu:




PE       =  KPN + KPP + KPPW
=  (Yt/Yo – 1)  +  (Yit / Yio  - Yt/Yo) +  (yit / yio  - Yit/Yio)
=  [Ra – 1]       +  [ Ri  -  Ra ]              +  [ri  -  Ri]





 



Keterangan :
§  PE       =  pertumbuhan ekonomi wilayah lokal.
§  Yt        =  indikator ekonomi wil. Nasional, akhir tahun analisis.
§  Yo       =  indikator ekonomi wil. Nasional, awal tahun analisis.
§  Yit       =  indikator ekonomi wil. Nasional sektor i, akhir tahun analisis.
§  Yio      =  indikator ekonomi wil. Nasional sektor i ,awal tahun analisis.
§  yit        =  indikator ekonomi wil. Lokal sektor i , akhir tahun analisis.
§  yio       =  indikator ekonomi wil. Lokal sektor i , awal tahun analisis.

Untuk mengetahui Pergeseran Bersih (PB), dapat menggunakan rumus :
PB   =  KPP +  KPPW

 


Keterangan :
§       Jika PB ≥ 0  à sektor tersebut progresif
§      Jika PB < 0  à sektor tersebut mundur


Adapun langkah-langkah dasar untuk perhitungan dengan menggunakan analisis Shift Share adalah sebagai berikut :
·  Langkah 1       :Hitung dan bandingkan pertumbuhan pendapatan di daerah   dengan wilayah acuan.
·  Langkah 2       :Hitung perubahan pendapatan daerah di setiap sektor, yaitu dengan mengurangkan pendapatan pada akhir waktu kajian untuk masing-masing sektor dengan pendapatan pada awal tahun kajian.
·  Langkah 3       :Hitung komponen masing-masing pertumbuhan :
Ø  Komponen Pertumbuhan Nasional (KPN)
Ø  Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP)
Ø  Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPPW)
· Langkah 4        :Tafsirkan perhitungan, dengan mengenali sektor-sektor KPP yang bertanda positif dan negatif. Apabila suatu sektor bertanda positif, maka sektor tersebut pesat pertumbuhan, dan pengaruhnya pada pendapatan daerah juga positif. Sebaliknya yang bertanda negatif disebut sektor yang lamban pertumbuhannya yang berpengaruh negatif pada pendapatan daerah.
·  Langkah 5       :Mengenali sektor KPPW yang bertanda positf dan negatif. Sektor yang bertanda positif berarti mengalami peningkatan daya saing/ keunggulan komparatif daerah dalam kaitannya dengan daerah lain pada waktu kajian.
·  Langkah 6      :Menghitung pergeseran bersih (net shift) untuk menemukan sektor-sektor maju dan kurang maju, yaitu dengan menjumlahkan komponen KPP dan KPPW dari masing-masing sektor. Bila hasilnya positif, maka sektor yang bersangkutan maju dan bila negatif maka sektor tersebut kurang maju.
·  Langkah 7       :Mengenali sektor-sektor yang termasuk unggul, agak unggul, agak mundur, mundur dalam selang waktu kajian. Keluaran semua sektor daerah dapat digambarkan pada diagram yang terdiri dari 4 kuadran. Yang menjadi acuan utama dalam analisis ini adalah KPPW atau komponen pertumbuhan daya saing daerah, karena komponen tersebut. merupakan komponen terpenting dalam pertumbuhan suatu daerah.

·  Langkah 8       :Kalikan komponen KPN, KPP, dan KPPW masing-masing sektor dengan sektor yang sama pada PDRB awal tahun kajian untuk mengetahui nilai absolut pertumbuhan.

Analisis Shift Share memiliki beberapa keunggulan, yaitu:
1.      Dapat digunakan untuk memperoleh gambaran rinci mengenai pergeseran struktur ekonomi.
2.      Menggambarkan posisi relatif masing-masing sektor perekonomian daerah terhadap wilayah acuan.
3.      Menggambarkan sektor-sektor unggulan yang dapat dipacu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
4.      Menggambarkan sektor yang posisinya relatif lemah namun dianggap strategis (pertimbangan penyerapan tenaga kerja) untuk dipacu.